Review Film Milea: Suara dari Dilan

 


Trilogi novel bestseller Pidi Baiq akhirnya rampung dengan diluncurkannya film ketiga, yakni Milea: Suara dari Dilan yang udah bisa kalian saksikan mulai 13 Februari. Berbeda dengan dua film sebelumnya yang menarik sudut pandang dari sisi Milea, kali ini, penonton diajak untuk masuk dalam pikirannya seorang Dilan.

Bercerita tentang Dilan (Iqbaal Ramadhan), panglima tempur sebuah geng motor di Bandung awal 90-an, menjalin hubungan dengan seorang siswi baru dari Jakarta bernama Milea (Vanesha Prescilla). Dia selalu bahagia saat bersama Milea, tapi teman-teman geng motor merasa dia semakin menjauh dari kelompoknya karena Milea.

Dalam film garapan Fajar Bustomi dan Pidi Baiq ini juga dijabarkan latar belakang keluarga Dilan, apa yang dirasakan Dilan sampai pada sebuah titik jawaban dari kesalahpahaman Dilan dan Milea yang terjadi di film sebelumnya terungkap.

Seperti dua film sebelumnya yang berhasil merengkuh penonton yang fantastis. Film ini sudah menyentuh angka 1 juta penonton dalam 3 hari penayangannya.

 

Giliran Dilan yang Bercerita

Film dibuka dengan Dilan yang bercerita soal apa yang terjadi dengan dirinya dan Milea pada awal ’90-an. Dilan pun menulis ceritanya sendiri di depan komputer. Mengulas kenangan manis dirinya dengan Milea Adnan Husein.

Kisah berlanjut pada adegan-adegan yang sudah ditampilkan dalam dua film sebelumnya. Bagaimana Dilan mendekati Milea. Dari mulai berkenalan sembari meramal, datang kerumah sebagai utusan kantin sampai memberi TTS sebagai hadiah ulang tahun.

Adegan-adegan dalam film Dilan 1990 (2018) dan Dilan 1991 (2019) ditampilkan kembali dalam potongan-potongan singkat. Namun tetap dengan suara Dilan sebagai pengiring cerita. Sampai pada titik di mana hubungan Dilan dan Milea ‘panas dingin’, Dilan pun menyampaikan apa yang menjadi kegundahannya ketika itu yang akhirnya membuat mereka putus.

Poin penting dari film ketiga ini memang terjadi karena kesalahpahaman antara Milea dan Dilan yang pada masa lampau ternyata enggak terbuka satu sama lain. Akhir film ini sebetulnya cukup berhasil untuk menyudahi kisah romansa dua sejoli yang selama tiga tahun terakhir ini berhasil menyita perhatian. Setidaknya penonton akan lega dengan terkuaknya alasan mereka putus. Nah, akhir kisah lengkapnya hanya bisa kalian dapatkan jika menontonnya sampai selesai.

 

Rangkaian Adegan Lawas yang Bablas

Salah satu yang menarik dari tiga film Milea: Suara dari Dilan ini adalah Fajar Bustomi dan Pidi Baiq mencoba untuk memvisualisasikan apa yang memang dituang dalam buku. Seperti enggak ingin melewatkan setiap momen yang tertulis, enggak ada yang dilebih-lebihkan apalagi melenceng dari cerita di buku.

Tentu hal ini patut diapresiasi mengingat enggak mudah mengadopsi cerita dari novel yang tebal ke dalam sebuah film berdurasi 90—120 menit. Sayangnya, mungkin karena saking ingin sama dengan novelnya, di film ketiga ini ceritanya memang telat “panas”.

Dalam novelnya memang banyak sekali adegan yang diulang. Begitu juga dengan film Milea ini. Hampir satu jam, film ini mengulang scene dari film pertama dan kedua. Layaknya ringkasan atau ingin penonton flashback, film ini terasa bosan buat menginginkan adegan baru.

 

Kuat di Penghujung Film

Menuju akhir, penonton disuguhkan kembali cerita Dilan setelah mengambil keputusan bahwa dia sudah enggak akan lagi bersama Milea. Mulai dari ayahnya yang meninggal, dia yang diterima di ITB, sampai dengan pertemuan kembali Dilan dan Milea setelah sama-sama lulus kuliah. Sayangnya, porsi ini mungkin kurang begitu terjabarkan padahal di sinilah ceritanya mulai bikin penonton fokus lagi.

Atau ketika Dilan yang tiba-tiba berangkat ke Jogja dengan temannya. Menginap di rumah Pak Atmo untuk tes masuk Perguruan Tinggi. Namun, adegan menggantung dan setelahnya kita diberi tahu bahwa Dilan akhirnya memilih kuliah di Institut Teknologi Bandung.

Bisa jadi, hal yang menggantung ini bisa ditemukan dalam novelnya. Meski memberi penjelasan atas segala hal yang bias dari hubungan Dilan dan Milea, akhirnya semua benar-benar rampung di penghujung film dan ditutup dengan baik.

 

Aksi Tiap Karakter yang Tetap Menarik

Akting Iqbaal Ramadhan yang tengil tapi romantis ini masih berhasil memikat perhatian. Dia masih berhasil melayangkan gombalan-gombalan yang sedap. Juga dengan Vanesha Prescilia yang masih bisa tampil sebagai Milea yang manja dan keras kepala. Dari film Milea, pada akhirnya kita bisa lihat bahwa ternyata panglima tempur sebuah geng motor yang terkenal garang, bisa luluh dan sedih juga.

Bucek Depp dan Ira Wibowo yang berperan sebagai orangtua Dilan berhasil menghidupkan suasana di beberapa adegan. Jangan lupa juga peran Gusti Rayhan sebagai Akew yang dapat banyak porsi adegan penting.

Aksi akting para pemeran di atas dibalut dengan visualisasi dan scoring yang enggak jauh beda sama film pertama dan kedua. Di film Milea ini, lagu-lagu The Panas Dalam Bank (band-nya Pidi Baiq) punya banyak tempat buat mengisi soundtrack beberapa adegan.

 

Apakah Kisahnya Sudah Tamat?

Buat yang membaca novelnya, pasti tahu bahwa ada satu karakter lagi yang belum dimunculkan. Karakter ini cukup penting. Yap, dia adalah Anchika, perempuan yang digadang-gadang akan menjadi tambatan hati Dilan.

Di novel, Anchika memang sudah diceritakan sedikit. Pidi Baiq pun udah mengonfirmasi untuk menulis novel Dilan yang Bersamaku yang ceritanya dari sudut pandang Anchika.

Jadi, walau kisah cinta Dilan dan Milea sudah benar-benar berakhir, tapi soal film secara keseluruhan, mungkin tiga film yang sudah rilis tiga tahun terakhir ini baru setengah jalan dari keseluruhan cerita cinta seorang panglima tempur bernama Dilan. Bahkan di akhir film pun ditulis kalimat yang menandakan jika bisa jadi film soal Dilan masih akan dilanjutkan.


TRAILER

Komentar